Rss Feed


  1. Perjalanan, seperti apapun rupanya, tentu membahagiakan. Bahkan ketika salah memilih jalan, kehabisan makanan, terlambat pulang, dan terpaksa harus membuat repot banyak orang.
    Minggu malam di penghujung April, kaki saya yang gemetaran karena lelah berjalan terperosok masuk jurang. Pandangan pun mulai gelap. Tangan kiri saya reflek menyambar rimbun dedaunan dengan trekking pole masih tergenggam erat di tangan kanan. Kematian terasa dekat waktu itu.
    Beruntung seorang rekan mendaki bernama Rezza—dan memang hanya ada satu orang rekan mendaki—yang berada sekitar tiga meter di depan langsung berbalik badan dan menarik badan saya yang setengahnya masih mendarat di jalur pendakian. Saya gagal masuk jurang.