Rss Feed
  1. Cuplikan Novel #2

    Selasa, 14 Agustus 2012

    “Kenapa kamu pengen banget mati, Bay?”

    “Aku penasaran Mbak, mati itu kayak gimana,” katanya. Wajahnya datar, nyaris tanpa ekspresi.

    “Kamu enggak perlu penasaran kali, Bay. Semua orang kan pasti bakal ngerasain mati.”

    “Tapi aku memang enggak pengen hidup lama, Mbak.”

    “Lha kenapa?”

    “Karena hidup semakin lama akan semakin monoton.”

    “Monoton atau enggak kan tergantung kitanya, Bay. Tergantung gimana cara kita ngejalanin hidup.”

    “Dijalanin dengan cara apapun, hidup ini ya bakal tetap monoton, Mbak. Kita kuliah, terus bakal jadi dokter. Nikah, punya anak, punya keluarga. Tiap hari di rumah sakit, kalau libur, kumpul sama keluarga. Terus begitu hingga mati. Bukankah itu namanya monoton, Mbak?”

    “Kita bakal tiap hari ke rumah sakit, tapi apa yang kita hadapi beda-beda. Kita nolong orang yang selalu sama. Menurutku itu enggak monoton, Bay.”

    “Yah, mungkin konsep kita tentang monoton yang beda, Mbak,” jawabnya santai sambil melahap nasi bakar.

    “Atau barangkali kamu yang enggak menikmati hidupmu, Bay.”

    “Ah, Mbak Pagi bisa aja. Aku mencintai hidup, Mbak. Tapi aku mencintai kematian lebih dari apapun.”

    “Kenapa enggak bunuh diri, Bay?”

    “Kematian itu misteri Mbak, dan mati muda itu keinginan. Meski pengen banget mati muda, bukan berarti aku harus menempuh segala cara untuk bisa mati. Aku masih tetap ingin mati dengan cara yang Tuhan inginkan, Mbak.”

    Aku putuskan untuk berhenti membahas tentang prinsip yang sepertinya sudah dipegang Bayu dengan sangat teguh.

  2. 0 comments:

    Posting Komentar