Tak ada yang lebih menyesakkan dari suatu keadaan ketika aku melihatmu tapi tak bisa menyapamu. Berada di tempat yang sama, tapi saling bisu. Padahal dulu kita selalu berpelukan tiap bertemu.
Ada apa dengan kita?
Entah, aku pun tak tau. Awalnya, diamku adalah usaha untuk tidak menjadi palsu. Tak mau berpura-pura tak ada apa-apa, karena sebenarnya memang ada apa-apa. Tak mau pura-pura sehat dalam kondisi yang sekarat. Tak mau pura-pura bahagia dalam suasana hati yang lara. Aku hanya ingin menjadi aku yang seperti apa seharusnya aku. Aku yang marah kalau disakiti. Aku yang menjadi diam kalau tingkat kemarahanku sudah tinggi.
Kau menyakiti, aku marah, kemudian diam. Lalu kau juga diam.
Begitulah kita.
ciee ciee balas-balasan lewat blog. tanda-tanda masih sering stalker stalker. :) #eh
terima kasih sudah berkunjung ke blog sayaa. #tanggapannormatif
#JLEB
*mengais-ngais tanah dengan ranting pohon*
haha, aku baru baca komenmu Ril..
masih ngais2 tanah dengan ranting pohon kah? :p